When You Come to My Life 8/?

when you come to my life poster

Tittle:: When You Come to My Life 8/?

Author:: Jung Yuuri

Maincast:: Lily Jung, Park Yoochun, Jung Yunho

Support cast:: Kim Jaejoong, Kim Junsu, Shim Changmin DBSK, Jung Jihye

Genre:: Romance, Angst, Drama

Rate:: PG

Warning:: ada english! Mian ya kalo ada kesalahan grammar^^

Previous Chapter::  1  2  7

Background song:: Kim Jaejoong-All  Alone (Kim Jaejoong 1st Mini album MINE)

Disclaimer:: This story and DBSK member especially JUNG YUNHO & KIM JAEJOONG is MINE MINE MINE MINE MINE! #kabur dari Cassies

~Happy Reading~

 

Seharusnya hari ini Yunho bergembira. Ia mendapat libur di hari ulang tahunnya dan ia memutuskan untuk pulang ke Gwangju karena Jihye ingin Yunho merayakan hari ulang tahunnya di rumah. Tapi saat di rumah semuanya terlihat canggung. Hanya Jihye yang berusaha mencairkan suasana dengan berbagai ceritanya.

“Tidak lucu, Jihye-ya.”kata Yunho setelah Jihye selesai bercerita. Jihye cemberut menatap Yunho yang tersenyum meledek.

“Oppa! Setelah sekian lama tidak bertemu dongsaengmu ini kau tidak bisa ya sedikit saja menimpali ceritaku dengan ekspresi yang sewajarnya?”ucapnya sebal. “Kalau Yuu Eonnie pasti…”

Tiba-tiba Jihye terdiam, menyadari kesalahannya karena mengatakan hal itu. Ia langsung saja mengambil lauk banyak-banyak dan menyuapkannya penuh-penuh ke dalam mulutnya. Jihye mengunyahnya cepat lalu berkata dengan mulut penuh. “Ini enak sekali Eomma! coba deh Oppa!”ucapnya riang, berusaha mengubah suasana yang mendadak menjadi tegak karena ucapannya.

Yunho hanya terdiam, tidak menanggapi ucapan Jihye. Ia mengambil lauk yang dimakan Jihye tadi lalu memakannya pelan.

“Bagaimana kabarnya, Yunho?”

Tubuh Yunho membeku saat mendengar pertanyaan itu dari ibunya. Ia meletakkan sumpit yang dipakainya. Walaupun ibunya tidak secara spesifik menyebutkan namanya, tapi Yunho tahu siapa yang ibunya maksud.

“Kenapa Eomma yang harus menanyakannya?”ucap Yunho dingin dengan melihat tajam pria tua yang duduk di sebelah ibunya.

“Karena Eomma merindukannya…”ucap ibunya dengan menghela napas.

“Menggelikan sekali! Yang mengatakan hal itu malah Eomma, bukan Abeoji!”ucap Yunho tajam.

“Yunho-ya… kau tahu Eomma selalu menganggapnya sebagai anak kandung Eomma…”

“Nan arra, Eomma. Tapi itu tidak cukup baginya. Ia tahu Eomma bukan ibunya, ia tahu siapa ibunya dan bagaimana Abeoji memperlakukannya karena ibu kandungnya!”

“Kalau kau tidak bisa makan dengan tenang lebih baik kau pergi dari ruang makan!”bentak ayah Yunho tiba-tiba membuat Jihye dan ibunya terkesiap kaget. Jihye mulai menangis, sementara Yunho menatap ayahnya marah lalu pergi dari ruang makan.

***

“Oppa…”

Yunho yang sedang duduk menatap langit di balkon kamarnya menoleh melihat Jihye masuk ke kamarnya. Ia tersenyum tipis lalu melambaikan tangan, menyuruh Jihye menghampirinya.

Jihye duduk di samping Yunho lalu menyandarkan kepalanya di bahu Yunho.

“Aku melihat foto-foto kalian di majalah. Yuu Eonnie cantik sekali ya Oppa.”ucap Jihye pelan.

“Kau juga cantik.”kata Yunho dengan tersenyum. Ia merangkul bahu Jihye dan menyandarkan kepalanya di kepala Jihye.

“Apa yang kalian bicarakan saat bertemu?”tanya Jihye penasaran.

“Menurutmu apa?”tanya Yunho balik.

“Mmm… ‘Bogoshippo’? Oppa kan orang yang paling disayangi Eonnie. Ia pasti merindukan Oppa.”

Yunho tersenyum sedih. “Jika aku yang paling disayanginya, ia tidak akan kabur dari rumah Jihye-ya.”ucapnya dengan nada kecewa. “Jika aku yang paling disayanginya, seharusnya ia mendengarku, bukan membiarkan namja brengsek itu menyakitinya.”

Jihye menegakkan tubuhnya dan memandang Yunho bingung. “Apa maksud Oppa?”

“Namja itu meninggalkannya.”ucap Yunho dengan nada geram. “Dan Yuu masih juga membelanya.”

Jihye menatap Yunho tak percaya. “Maldo andwae! Joo Won Oppa tidak akan pernah meninggalkan Yuu Eonnie!”

Yunho menatapnya tajam. “Jangan sok tahu, Jihye-ya.”

“Aku tidak percaya Oppa! Joo Won Oppa sangat mencintai Eonnie-ku!”

“Kau tidak mengenalnya, Jihye!”

“Aku mengenalnya! Oppa yang tidak mengenalnya karena Oppa selalu sibuk di Seoul!”seru Jihye bersikeras membuat Yunho terdiam karena ia tahu kebenaran dari kata-kata adiknya itu.

“Aku bisa melihat rasa cintanya yang besar dari matanya saat memandang Eonnie-ku. Aku bisa melihatnya dari caranya memperlakukan Eonnie-ku dengan lembut. Ia menjaganya dengan baik. Itulah yang membuat Eonnie-ku sembuh, itulah yang membuat Eonnie-ku begitu membutuhkannya.”ucap Jihye dengan mata berkaca-kaca.

“Aku juga bisa menjaganya dengan baik.”ucap Yunho pelan.

“Dengan meninggalkannya ke Seoul?”tanya Jihye, tidak bermaksud menyindir, tapi Yunho sendiri yang merasakan sindiran tajam itu. Dan itu membuat hatinya sakit.

“Aku tidak menyalahkan Oppa. Saat itu Yuu Eonnie sendiri yang mendukung Oppa mati-matian saat Appa menolak keputusan Oppa untuk ke Seoul. Tapi… apa Oppa tahu jika keadaan Eonnie memburuk setelah Oppa pergi?”

“A… apa maksudmu?”tanya Yunho dengan perasaan cemas.

Jihye menatap Yunho muram. “Eonnie melarangku mengatakannya pada Oppa. Sebenarnya setelah Oppa pergi, Eonnie jadi lebih sulit untuk diajak berbicara. Terkadang ia sering mengatakan jika ia melihat Oppa menunggunya di depan sekolah atau di taman dekat rumah. Ia sering mengkhayal jika ia melihat Oppa. Teman-teman sekolahnya menganggapnya tidak waras, sehingga mereka sering sekali menganggunya.”cerita Jihye.

“A… aku tidak tahu…”bisik Yunho pedih. Ia membayangkan betapa gembiranya Yuuri saat ia pulang, wajahnya yang tersenyum lebar saat menatapnya. Ia tidak pernah menyangka jika kepergiannya membuat gadis itu sekesepian itu.

“Eonnie mulai berubah saat bertemu Joo Won Oppa. Ia jadi sembuh, ia melupakan traumanya, dan ia mulai mau berbicara banyak. Ia menjadi pribadi yang ceria. Itu sebabnya, Oppa, aku merasa berterima kasih pada Joo Won Oppa. Dan aku tidak mengerti kenapa Appa dan Oppa tidak menyukainya.”

Jihye menatap kecewa Yunho. “Jika saat itu Oppa mendukung keputusan Eonnie dan membela Eonnie di hadapan Appa, sama seperti Eonnie mendukung keputusan Oppa untuk pergi ke Seoul, mungkin saat ini kita tidak akan kehilangannya. Mungkin saat ini Eonnie-ku masih disini…”ucapnya dengan airmata menetes, lalu pergi keluar kamar Yunho.

Yunho memandang kepergian Jihye dengan perasaan bersalah yang menyesakkannya. Ia mengepalkan kedua tangannya keras karena merasa kesal dengan dirinya sendiri. Ia menyesali semuanya. Tapi ia sendiri masih merasa ragu dengan permasalahan yang sebenarnya.

Tiba-tiba suara dering ponsel mengejutkannya. Yunho mengambil ponselnya di atas kasur lalu mengernyit saat melihat caller idnya.

“Ang Hyeon-ah? Wae…”Dan Yunho tidak bisa mengatasi rasa kagetnya saat mendengar apa yang diucapkan Ang Hyeon selanjutnya.

***

Lily menatap kosong birthday cake di etalase di hadapannya. Hari ini salah satu hari spesialnya yang biasanya selalu ia rayakan setiap tahun, sebelum ia kabur dari rumah. Tapi entah kenapa hari ini ia tergoda untuk membeli cake yang berada di hadapannya dan merayakannya lagi.

Lily menghela napas. Ini tidak baik. Semakin sering ia mengingat masa lalu, mengingat Jung Yunho, akan membuatnya juga bisa mengingat kenangan-kenangan buruk itu. Bukan berarti ia hilang ingatan. Ia mengingatnya, tapi tidak sepenuhnya, karena ia berusaha menguburnya sedalam mungkin. Dan seiring berjalannya waktu, ingatan-ingatan buruk itu terkubur perlahan di dasar ingatannya. Tapi sekarang Lily takut mengingat semuanya lagi. Ia takut merasakan sakitnya yang teramat sangat jika ia mengingat semuanya lagi.

Apa ia harus berhenti mengambil job yang dipasangkan dengan DBSK?

“Agassi, ingin membeli yang mana?”

Suara pegawai toko kue tersebut menyadarkan Lily dari lamunan kosongnya. Tadinya ia memutuskan untuk tidak membeli apapun. Tapi melihat ekspresi berharap di wajah gadis pegawai itu, membuatnya mengingat sesuatu.

“Aku beli yang ini.”kata Lily dengan menunjuk asal salah satu cake di etalase, membuat pegawai toko kue itu tersenyum lebar dan bercerita dengan bersemangat jika kue itu adalah salah satu produk terbaik mereka. Dan betapa banyaknya orang yang membeli kue tersebut.

Setelah Lily membayar cake yang dibelinya ia segera pergi dari tempat itu. Tapi ia tidak tahu untuk apa cake yang dibelinya sementara ia ingin pergi ke tempat lain dan tidak ingin membawa-bawa cake ini.

Lily memutuskan untuk menelpon asistennya.

“Hana-ya, susul aku ke Gangnam-gu sekarang juga.”kata Lily di telpon. Ia akan menyuruh Hana membawa pulang cake ini.

***

“Hyung, alasan yang lucu sekali. Merayakan ulang tahun Yunho hyung sementara orangnya tidak disini?”

Jaejoong tertawa kecil mendengar ucapan sarkastik Junsu.“Tidak apa-apa kan?”katanya retoris lalu meminum birnya.

“Jujur saja hyung, kalau kau ingin kami menemanimu minum.”dengus Junsu kesal.

“Junsu Hyung, jus jeruk bukan minuman yang tepat di bar!”protes Changmin saat melihat hyungnya itu meminum jus jeruknya.

“Junsu-ya, memangnya kau masih di bawah umur?”ledek Yoochun, kemudian ia mendorong gelas birnya ke Junsu. “Minum ini.”

“Tidak, terima kasih. Aku masih mau menjadi orang yang paling sehat di DBSK.”jawab Junsu sebal. “Aish! Aku seharusnya tidak ikut kalian dan main game saja di dorm!”

Ketiga membernya hanya geleng-geleng kepala dengan sikap Junsu yang sedikit kekanakan. Jika mereka tidak memaksa Junsu pergi bersama mereka sekarang, mungkin Junsu sekarang sudah main game online bersama kakak kembarnya, Junho. Itulah salah satu cara asik (menurut Junsu) untuk menghabiskan waktu luang.

“Kira-kira bagaimana ya Yunho hyung merayakan ulang tahunnya?”tanya Changmin.

“Kurasa hanya makan malam biasa. Yunho pernah cerita jika di rumahnya ulang tahun hanya dirayakan secara sederhana, makan malam bersama berlima.”jelas Jaejoong.

“Berlima?”tanya Yoochun, Junsu, dan Changmin serentak, bingung.

Jaejoong mengerjapkan matanya sebentar. “Waeyo?”tanyanya bingung.

“Hyung, anggota keluarga Yunho hyung kan cuma tiga.”kata Changmin.

“Anhi. Anggota keluarganya ada empat.”jawab Jaejoong. “Kalian tidak tahu?”

Ketiga dongsaeng Jaejoong itu serentak menggeleng.

“Yang satunya adik sepupu Yunho. Kalian kan pernah bertemu dengannya sekali waktu awal kita debut.”

“Ah! Matjayo! Aku ingat!”kata Junsu. “Yang rambutnya panjang sekali dan pakai kacamata kan?”

Yoochun mengernyit. “Yang mana ya?”

“Hyung, kau benar-benar tidak ingat?”tanya Changmin sedikit terpana. “Aahh yaa… hyung kan hanya ingat yeoja cantik.”

“Padahal ia menggodanya, tapi tidak ingat.”sindir Junsu.

“Ya! apa maksud kalian?!”omel Yoochun, sedikit tersinggung dengan sindiran Changmin dan Junsu itu.

Jaejoong tertawa. “Kenapa kau tidak memakai soft lens saja? Kau pasti akan terlihat cantik tanpa kacamata.”ucap Jaejoong dengan menirukan cara bicara Yoochun.

Yoochun menatap Jaejoong kaget. “Memangnya aku pernah berkata begitu padanya?”

Ketiganya hanya mendengus menanggapi Yoochun.

Yoochun cemberut dengan reaksi ketiga membernya. Ia meneguk lagi birnya lalu memandang ke sekeliling bar eksklusif tempat mereka berlima sering hang-out. Kemudian matanya terpaku pada sesosok yang dipikir dikenalnya.

“Bukannya itu Lily Noona?”tanya Changmin, menyuarakan pikiran Yoochun.

***

Lily meminum birnya dengan cepat, lalu meletakkan gelasnya dengan keras di hadapan bartender. “Tambah.”katanya.

Bartender itu menatapnya ragu lalu mengambil gelas Lily untuk mengisinya lagi. “Setelah gelas kelima aku tidak bisa memberimu bir lagi Lily-ssi.”kata bartender itu saat memberikan gelas berisi bir pada Lily.

“Peraturan darimana itu? Inho?”ucap Lily jengkel lalu meminum birnya, kali ini hanya menyesapnya sedikit. “Aku kan bayar disini.”

“Tapi Bos bilang…”

“Astaga! Aku jadi ingin memukulnya karena melarangku!”ucap Lily kesal.

“Memukul siapa?”

Lily terkejut mendengar suara yang familiar itu. Ia menoleh ke belakangnya dan melihat Park Yoochun tersenyum padanya. Alisnya terangkat heran.

“Sendirian?”tanya Yoochun. Lily menatapnya datar, lalu menunjuk bartender di hadapannya. “Kau tidak melihatnya?”tanyanya dengan nada datar.

Yoochun mendengus tertawa. “Kau mengerti maksudku.”

Lily mengangkat bahu lalu kembali meminum birnya. Yoochun duduk di sampingnya dan meminta bartender memberikannya bir yang sama dengan yang diminum Lily.

Lily mendorong gelasnya ke bartender, menyuruhnya mengisi gelasnya lagi.

“Ini sudah yang kelima, Lily-ssi.”bartender itu mengingatkan, saat memberikan Yoochun dan Lily bir vodka.

“Aku tidak peduli Bos-mu bilang apa. Aku bayar disini.”jawab Lily dingin.

Yoochun sedikit terkejut dengan ucapan Lily. “Bos? Kau mengenal pemilik bar ini?”tanyanya penasaran.

“Temanku. Dan ia selalu saja melarangku untuk minum lebih dari empat gelas disini.”gerutu Lily.

Yoochun menyesap birnya lalu mengernyit. “Well, aku tidak akan heran. Vodka kan keras sekali.”

“Biasa saja.”jawab Lily lalu menyesap habis minumannya dengan sekali teguk, membuat Yoochun sedikit terkejut.

Yoochun menatap Lily penasaran. Yeoja di hadapannya ini terlihat sangat berbeda dengan yeoja yang menangis di depan ruang ICU rumah sakit. Ia bahkan tidak yakin mereka orang yang sama. Yang satu terlihat begitu rapuh, dan yang sekarang terlihat begitu…

“Apa yang kau lihat?”

Yoochun terkejut mendengar pertanyaan tajam itu. Yeoja ini terlihat begitu mengintimidasi. Kemudian tatapan tajam Lily berubah, ia tersenyum. “Kau mau ikut denganku?”tanya Lily dengan nada menggoda.

Yoochun mengerjapkan mata tidak percaya dengan ekpresi menggoda yeoja di hadapannya ini.

Bartender itu menghela napas. “Ia mulai mabuk.”ucapnya.

“I’m not!”bantah Lily tajam pada bartender itu. “Kau mau ikut denganku tidak?”tanyanya lagi pada Yoochun. Kemudian karena Yoochun masih terlihat bingung untuk menanggapi, Lily turun dari kursi dan berjalan pergi.

“Hey, wait!”

***

“Waaahhh~ segarnyaaaa!!!”ucap Lily senang saat berjalan-jalan di tepian sungai Han yang sepi. Sesekali langkahnya yang cepat membuatnya oleng dan Yoochun menangkapnya sebelum ia jatuh.

“I’m okay, I’m okay!”kata Lily, melepaskan pelukan Yoochun lalu mulai berjalan lagi, diikuti Yoochun.

“Be careful.”ucap Yoochun yang sudah bersiap-siap untuk menangkap Lily jika ia akan jatuh lagi. Lily benar-benar terlihat mabuk. Wajar saja kalau temannya yang pemilik bar itu melarangnya minum banyak.

Lily terkikik mendengar suara Yoochun yang bernada cemas itu. “Kau pasti kecewa ya aku pergi kesini?”tanyanya.

“Maksudmu?”

Lily berdecak. “Kau tidak kecewa karena aku tidak mengajakmu ke hotel?”

Yoochun terkejut mendengar pertanyaan itu. “I’m not…”

“I know what you thought about me.”sela Lily tajam.

Yoochun menghela napas. Ia tidak berminat untuk mendebat Lily yang sedang mabuk. “Lily, sebaiknya kau pulang. Kau sudah mabuk. Aku akan mengantarmu.”kata Yoochun dengan merangkul Lily, mengajaknya pergi. Tapi Lily menepisnya.

“I dont want.”

“Lily…”

“Why… are you insist to helping me?”

“I insist, because you need help. You drunk.”

“Nooo… I’m sober.”

Yoochun kembali merangkul Lily, mengajaknya pulang. Tapi gadis itu menepisnya lagi.

“Are you trying to make a move on me?”tanya Lily dengan menengadahkan wajahnya, memandang Yoochun intens.

Yoochun menelan ludah dengan gugup saat merasakan nafas hangat Lily di wajahnya. Ia tahu Lily sedang mabuk dari caranya berbicara. Tapi sikapnya terlihat seperti ia sedang sadar. “Mm…”Yoochun bingung mau menjawab apa.

“Don’t even think about it…I’m not in the mood to fool around and play games with you.”kata Lily dengan wajah yang sangat dekat dengan Yoochun.

“Lily, nan jinjja…”

Ucapan Yoochun terhenti saat bibir Lily semakin mendekati bibirnya. Jantungnya berdegup keras.

“HUUEEEKKK~”

“YAIKS!”

***

Lily terbangun ketika merasakan sinar matahari mengusik matanya yang terpejam. Ia menenggelamkan wajahnya di bantalnya yang empuk, menghindari sinar matahari yang mengusik tidurnya. Tiba-tiba ia terpikir sesuatu.

Bantal empuk? Sinar matahari?

Lily mengangkat kepalanya sedikit untuk melihat sekelilingnya. Ia memicingkan mata saat sinar matahari menerobos paksa ke penglihatannya yang masih kabur. Ia bangun dan duduk perlahan sambil sesekali menguap. Sejak kapan ia berada di kamarnya?

Ingatan yang muncul tiba-tiba selanjutnya membuatnya terkejut dan mengutuki dirinya sendiri.

Yoochun.

Ia memuntahi baju Yoochun.

“Oh no…”erang Lily ketika mengingat hal memalukan itu.

***

“Lily-ssi dan Changmin-ssi, tema CF ini ‘My Journey Begins’.”kata Sutradara CF memberi briefing sebelum memulai syuting CF.

“Scene pertama, Changmin-ssi akan mengelus pipi Lily-ssi yang menundukkan wajah. Lalu Changmin-ssi menarik pinggang Lily-ssi untuk mendekat dan kembali mengelus pipi Lily-ssi. Setelah itu Changmin-ssi mendekatkan wajahnya ke Lily-ssi dan mencium bibirnya.”

Changmin dan Lily mengangguk mengerti.

“Kemudian scene kedua, Lily-ssi akan mendorong Changmin-ssi dan memukulnya dengan tas. Scene itu akan diambil beberapa kali.”

Changmin mengernyit. “Beberapa kali? Wah Noona, kau jangan memukulku keras-keras ya.”kata Changmin pada Lily yang membuat Lily tersenyum tipis.

“Kau juga akan mencium Lily beberapa kali, Changmin-ssi.”kata sutradara.

“Jinjjayo?”tanya Changmin kaget dengan nada senang, yang mendapat anggukan dari sutradara dan tawa dari staff.

Kemudian Changmin melihat ke arah Yoochun yang menontonnya dari samping set lalu berkata dengan nada iseng. “Apa aku harus bikin NG terus-terusan ya?”

Ucapan Changmin membuat semua tertawa, kecuali Yoochun yang menatapnya tajam. Lily menyadari tatapan Yoochun. Ia menoleh dan memandang Yoochun lama dengan ekspresi yang sulit ditebak, lalu mengalihkan pandangannya tiba-tiba.

‘Apa ia ingat?’pikir Yoochun.

Yoochun tersenyum geli menyadari mungkin Lily terlihat malu. Ia berencana menggodanya nanti. Kemudian sutradara bersiap mengambil scene mereka. Segera saja ia berjalan pergi meninggalkan tempat syuting itu, tidak mau melihat kissing scene antara Lily dengan Changmin.

“Mau kemana, Chun?”tanya Yunho yang sedari tadi menatap Lily bersama Changmin. Ia melihat Lily tersenyum tipis pada Changmin. Ia iri sekali pada Changmin. Betapa ia sangat menginginkan senyuman itu ditujukan untuknya. Kemudian mata Yunho beralih ke Yoochun, menatapnya penasaran. ‘Ia cemburu?’

“Aku ingin menenangkan diri hyung.”jawab Yoochun sebal, membuat Yunho mengernyit.

Yoochun benar-benar cemburu?

***

Lily bukannya tidak menyadarinya. Ia malah sangat sadar dengan tatapan intens Yunho padanya. Tapi ia tidak ingin memandangnya. Karena jika memandangnya, perasaan itu akan muncul. Perasaan rindunya yang besar pada Yunho akan muncul. Dan ia tidak ingin itu.

Kemudian Lily kembali memfokuskan dirinya pada arahan sutradara, dan candaan Changmin. Ia tersenyum tipis mendengar gurauan namja yang lebih muda setahun darinya itu. ia merasa candaan Changmin seperti seseorang. Seperti Jihye…

Tiba-tiba mata Lily beralih pada sosok yang berdiri di belakang Yunho. Yoochun.

Lily mengutuk dirinya sendiri mengingat kejadian memalukan dua hari yang lalu saat ia bersama Yoochun. Seharusnya ia tidak pergi bersama Yoochun hari itu. Kalau tidak, ia pasti tidak akan merasa malu seperti ini di hadapan namja itu.

Lily tertegun. Kenapa juga ia harus memikirkan namja itu?

***

“Gwenchana?”tanya Yunho pelan saat ia dan Lily selesai mengambil scene mereka, dan syuting hari ini selesai. Perkataan Ang Hyeon dua malam sebelumnya membuat Yunho merasa semakin cemas pada Lily. Membuatnya seharian ini tidak bisa melepaskan matanya dari gadis itu.

Lily tidak menghiraukannya. Ia berjalan pergi meninggalkan Yunho. Matanya masih tetap fokus pada staff yang membereskan set.

“Yuu…”panggil Yunho pelan sambil menghampirinya.

“Namaku Lily.”potong Lily tajam, agar Yunho tidak meneruskan panggilan kecilnya itu. Yunho menatapnya berharap.

Lily menatap Yunho dengan ekspresi datar di wajahnya. Yunho bisa melihatnya. Walaupun Lily berusaha menampilkan poker facenya, tapi ia bisa melihat emosinya di mata cokelat muda itu.

“Menjauhlah dari hidupku.”ucap Lily pelan dan tajam.

Dan kali ini Yunho tidak bisa memaksa gadis itu lebih jauh lagi. Karena perasaan sedih dan benci yang terlihat jelas disana membuat Yunho tenggelam dalam semua emosi itu.

‘Aku tidak akan menyerah, Yuu. Aku ingin melindungimu.’

***

Lily berjalan melamun ke arah mobilnya di basement parkir. Pikirannya terfokus pada Youngri yang beberapa hari ini belum dilihatnya. Ia terlalu sibuk dengan pikirannya sampai-sampai ia tidak menyadari ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.

“Lily!”

Lily terkejut saat mendengar Yoochun datang menghampirinya. Ia merasa terganggu dan kesal pada Yoochun.

Ia berbalik menghadapi Yoochun yang seperti biasa memasang senyum tampannya.

“Ne?”tanya Lily dengan poker face-nya.

“Are you ok?”tanya Yoochun.

Lily mengangkat alis. “What do you mean? Of course I’m okay!”jawab Lily. “By the way, how much?”

“Huh?”

“Your shirt.”

“Shirt?”

Lily memutar bola matanya. “Kau ingin aku mengatakan dengan sangat jelas ya? kemejamu yang kumuntahi, berapa biaya laundry-nya?”

“Aahh… itu.”Yoochun tertawa kecil. “Tidak perlu. Muntahmu tidak semenjijikkan yang kau pikirkan.”

Lily memelototi Yoochun mendengar candaan yang memalukan dirinya itu. “Aku tidak suka berhutang pada orang lain.”Kemudian Lily mengeluarkan dompetnya untuk mengambil uangnya. Tapi Yoochun menahan tangannya.

“Daripada uang, bagaimana kalau kau menggantinya dengan yang lain saja?”tanya Yoochun dengan senyuman yang menurut Lily sangat licik itu.

“Apa?”tanya Lily curiga.

Yoochun tersenyum lebar. “Dinner.”

Lily mengangkat alisnya.

“Kau tidak suka berhutang, dan aku tidak suka kau membayarnya dengan uang. Jadi bagaimana kalau kita dinner?”tanya Yoochun dengan senyum lebarnya.

Lily berdecak. “Aku merasa seperti dijebak.”

“Aku hanya ingin mengajakmu dinner.”

“So, now you’re admitting that you are making a move on me?”tanya Lily frontal dengan memandang Yoochun tepat di manik mata. Yoochun seakan terbius dengan pandangan mata cokelat muda itu. Sesaat ia tidak bisa berkedip.

“Yes.”jawab Yoochun dengan membalas tatapan mata Lily.

“You don’t know anything about me.”

“I know you enough to make me want to be closer with you.”

“Closer? Well, you dont have to go that far…”

Sebelum Yoochun sempat bereaksi apapun, Lily sudah mendorong Yoochun ke balik van besar untuk menghindari jika ada orang lewat yang melihat ke arah mereka. Ia mencium Yoochun kasar membuat pikiran Yoochun kosong sesaat. Ia merasa bibir Lily adalah bibir termanis yang pernah dirasakannya. Kemudian sedetik kemudian Yoochun mulai menggerakkan bibirnya, merespon ciuman Lily. Tapi belum cukup lama ia menikmatinya, Lily sudah melepaskan ciuman mereka.

“This is it. I gave you. Nothing much to be curious about… so stop now.”kata Lily kemudian pergi meninggalkan Yoochun.

Tapi Lily salah jika menganggap Yoochun akan menjauhinya setelah ini. Karena ciuman itu malah menyadarkan Yoochun. Jika ia tidak hanya suka pada Lily.

Yoochun menyentuh jantungnya yang berdetak keras di dalam rongga dadanya. Kali ini Yoochun yakin jika ia jatuh cinta pada Lily Jung, dan ia akan berusaha untuk mendapatkannya.

***

Lily berjalan perlahan menuju halaman rumah sakit. Ia baru saja menjenguk Youngri dan mengajak anak itu mengobrol. Setelah selama dua jam ia mengajak anak itu mengobrol dan sama sekali tidak ada respon apapun, Lily mulai merasa frustasi. Ia tidak kuat melihat anak yang selama ini selalu terlihat ceria di hadapannya sekarang bahkan sama sekali tidak bisa membuka matanya.

Lily menghentikan langkahnya ketika melihat ke taman tempat pasien anak-anak bermain, ke tempat Youngri biasa bermain. Ia tersenyum kecil mengingat wajah gembira Youngri saat bermain, lalu berjalan kesana dan duduk di salah satu ayunan.

Awalnya ia mengayunkan ayunan itu perlahan. Tapi setelah itu ia menghentikannya dan memejamkan mata. Lagi-lagi ia teringat sebuah kenangan, tapi kali ini bukan kenangan yang menyedihkan seperti biasanya. Mungkin asal mula kenangan itu terasa begitu menyedihkan untuk Lily, tapi kenangan yang satu ini terasa menghangatkan hatinya.

Entah kenapa saat ini ia ingin sekali melihat orang yang berada dalam kenangan itu.

Tiba-tiba Lily merasakan kehangatan menyelimuti tubuhnya. Terkejut karena merasakan kehangatan yang tiba-tiba itu, ia membuka matanya dan melihat seorang namja yang familiar untuknya. Namja yang tersenyum ramah itulah yang ternyata menyelimuti tubuhnya dengan jaket.

“Jika kau berada di luar dalam cuaca sedingin ini kau akan jadi boneka salju.”kata namja itu. Lily tidak mengatakan apapun dan hanya memandangnya. Ucapan yang bertahun-tahun lalu pernah didengarnya itu terngiang-ngiang lagi di telinganya.

“Jika kau berada di luar dalam cuaca sedingin ini kau akan jadi boneka salju.”

“Namamu siapa?”tanya namja itu lagi dengan tersenyum lembut.

“Namamu siapa?”

Lily masih tidak menjawab. Ia masih menatap namja di hadapannya itu tanpa berkedip.

“Namaku Yunho, Jung Yunho.”kata namja itu.

“… Namaku Yunho, Jung Yunho.”

Airmata Lily mulai mengalir perlahan saat memandang senyuman lembut Yunho. Senyuman lembut yang sama yang membuat hatinya merasa hangat bertahun-tahun yang lalu.

Yunho berjongkok dan menyentuh lembut kedua tangan Lily yang memegang tali ayunan. Ia menariknya ke pangkuan gadis itu dan mengusapnya pelan.

“Jebal… mianheyo. Jika kau membenciku karena aku yang dulu, anggaplah aku sebagai orang lain. Aku bersedia menjadi orang lain untuk dirimu… Aku hanya ingin kau memaafkanku…”ucap Yunho tulus.

Lily masih memandangnya tanpa mengatakan apapun juga. Walaupun ia menolak mengakuinya, ia sebenarnya menikmati kehadiran namja itu di sisinya. Hatinya tidak bisa mengingkari jika ia merindukan namja itu.

Yunho tahu jika Lily tidak mau menjawabnya sekarang, jadi ia tidak akan memaksanya.

“Kau pasti kedinginan. Kajja!”ajak Yunho.

“Kau pasti kedinginan….. Kajja!”

“Eo.. eodiga?”akhirnya Lily bisa mengeluarkan suaranya.

“Eo… eodigaseyo?”

“Ke tempat yang hangat, ke tempat dimana aku bisa melindungimu. Lily Jung, aku akan melindungimu.”ucap Yunho dengan senyum hangatnya.

“Ke tempat yang hangat, ke tempat dimana aku bisa melindungimu. ….aku akan melindungimu.”

Airmata Lily terus mengalir mendengar ucapan lembut Yunho. Ia mengingat kenangan indah itu, hal indah yang pertama kali terjadi dalam hidupnya. Saat seorang anak laki-laki bernama Jung Yunho menawarkan kehangatan untuknya. Kehangatan yang tidak pernah diterimanya dari siapapun.

Kehangatan yang membuatnya menganggap Jung Yunho adalah orang yang paling berarti di dalam hidupnya.

Tapi, apa kali ini ia bisa mempercayainya lagi?

~TBC~

SAENGILCHUKA HAMNIDA for EvilKyu (3 FEB), Yunho Oppa(6 FEB), & Lord VolderMIN(18 FEB)! I wish always the best for you, my idols! ^3^

Mian ya readers, aku gak sempet bkn ff ultah buat mereka bertiga. abisnya lagi sibuk banget sama skripsi nih (=,=) *curcol*

Mau nanya pendapat kalian nih. Menurut kalian alurnya terlalu lambat gak? Mian ya kalo readers ngerasa gitu. Abisnya aku bikin plot ceritanya kayak gitu sih. Trus rencananya ff ini sampe 13/15 chapter. Mau aku cepetin sih, tapi kayaknya susah deh (=,=)”

Setelah part ini akan ada flashback lagi, dan akan terlihat progress hubungan Lily-Yunho. Dari kemaren kebanyakan Yoochun sih. Hehe~

Oh ya, ada yang kangen sama SungRi? Yang kangen raise your hand! Ntar kalo banyak yang hands up baru aku publish SungRi yang baru punya anak. hehe~ *evilsmirk ChangKyu 😛 *

12 pemikiran pada “When You Come to My Life 8/?

    1. akhirny saya kelar jg baca part 8 ini…
      sebenernya aq nggu cerita flashback nya yuu-woon-yunho…
      tapi berhub bakal dijelasin di part selanjutnya,, saya sabar saja deh… hahhaha
      semakin seru eon,, tpi konfliknya terlalu sedikit jadi gag terlalu bikin greget konfliknya.. tapi udah bgus bgt part ini… 🙂

  1. Chunnie cemburu sma Changmin…kkk
    oya, Yunho t kan sepupunya lily, tp knpa q ngerasanya hbungan keduanya lbh dri tu, memangnya dlu hubngn mrk kyk apa ya.,

    Di tunggu part selanjutnya,.. Ff SungRi dan karya unnie yg lainnya akn saia tunggu jga…

  2. bagus kog alurnya eon, udah pas,
    kalo 15 chapter berarti masih 7 chapt lagi,,,
    berarti masih bnyk kisah d dlmx,,,

    Eh, aQ jadi ragu, sbenarx Yunho – Yuuri itu emang sepupuan ato gimana sih,
    ato saudara tiri??
    soalx kalo saudaraan feelx kayak org yg pacaran….

Tinggalkan Balasan ke kartika banga allo Batalkan balasan