Three High School Princes: First Love (Minho’s story part 1)

 

Author: ideafina a.k.a Jung Yuuri

Cast: Choi Minho SHINee, Shim Changmin DBSK/TVXQ, Cho Kyuhyun Super Junior, Park Hae rin (OC)

Genre: Romance, Comedy

 

Annyeong readers-nim~

Mian posting part 1 nya lama bgt. Maklum, udah semester 5, lagi sibuk-sibuknya. Hehe~

Semoga kalian terhibur membaca part 1 dari storynya minho ini.

Met baca yaaa ^^

Prolog

 

First Love Story 1: Charisma Prince.

Hari ini Minho datang terlambat. Sebenarnya bukan masalah jika datang terlambat. Toh ia juga pernah terlambat beberapa kali. Tapi penyebab terlambatnya itu yang tidak ia suka.

Semalam ia tanding game dan tidur di rumah Kyuhyun. Jam empat pagi, sebelum tidur, Kyuhyun mengajaknya taruhan, siapa yang besok pagi tidak akan terlambat berangkat ke sekolah, berhak menyuruh pihak yang kalah melakukan apapun. Minho setuju akan hal itu. Ia yakin sekali akan bangun lebih dulu daripada si biang telat Kyuhyun. Tapi tentu saja tidak akan ada yang bisa kalah dalam game yang dibuat Kyuhyun.

Seperti yang diyakini Minho, ia bangun lebih dulu. Dengan santai ia mandi di kamar mandi Kyuhyun. Tapi ternyata Kyuhyun yang bangun tidak berapa lama setelahnya diam-diam mengunci pintu kamar mandi dan menyembunyikan seragam Minho di kamar noona-nya, dan dengan tenang mandi di kamar mandi kakak perempuan satu-satunya itu.

Kejadian selanjutnya sudah pasti bisa ditebak. Kyuhyun berangkat lebih dulu dengan sepeda motor kesayangannya, meninggalkan Minho yang berteriak-teriak di dalam kamar mandi. Jika Ahra noona tidak membukakannya pintu kamar mandi dan membantu mencarikan seragamnya yang disembunyikan Kyuhyun, ia pasti akan membolos hari ini. Dasar Evil Prince!

Minho mendengar ocehan guru piket dengan menahan kesalnya. Ia lupa jika hari ini guru piketnya adalah Han Sosaengnim. Guru penegak kedisiplinan yang sangat killer. Tidak ada yang berani terlambat pada hari ia piket. Hanya Kyuhyun lah satu-satunya murid yang bisa atau lebih tepatnya berani terlambat saat guru ini piket. Dan sekarang ia, Choi Minho, sahabat si biang telat itu yang menggantikan posisi si biang telat. Nasib buruk menantinya.

Setelah hampir setengah jam mendengarkan ocehan guru piket tentang kedisiplinan dan segala macam peraturan yang diyakini Minho sangat dihapal Changmin, guru piket itu memberikan hukuman atas ketidakdisiplinannya itu.

Minho tersenyum puas mendengar hukumannya.

Kalo lari keliling lapangan tiga kali mah kecil!

Tapi ternyata kalimat Han Sosaengnim belum selesai.

“… plus mengangkat kardus-kardus buku itu ke perpustakaan.”tambah Han Sosaengnim dengan menunjuk kardus-kardus buku yang terletak di pos sekuriti.

“Mwo???!!!”jerit Minho saat melihat tiga kardus besar berisi buku itu. Ia memang seorang atlet, tapi bukan atlet angkat besi!

“Keberatan?”tanya Han Sosaengnim dengan mata melotot. Minho yang sadar tidak mungkin menolak, hanya bisa pasrah. Wajahnya langsung berubah drastis dari tersenyum puas menjadi tersenyum pasrah. “Akan kukerjakan, Sosaengnim.”

Sementara itu, dari salah satu jendela kelas di lantai dua, Kyuhyun terbahak-bahak melihat Minho yang lari keliling lapangan lalu mengangkat kardus berisi buku bolak-balik ke perpustakaan di lantai lima. Di sebelahnya, Changmin melirik tajam pada Kyuhyun –yang membuat namja itu makin tertawa –kemudian memandang Minho dengan kasihan.

***

“Ya! Cho Kyuhyun! Kau ingin mati ya?!”seru Minho saat masuk kelas dengan badan berkeringat. Saat itu sudah jam istirahat, dan kelas sepi karena murid-murid yang pergi ke kantin.

Kyuhyun, yang sebelumnya sedang asik mengobrol dengan Changmin, menoleh dan tersenyum. “Ah… Uri Minhoo…”katanya dengan senyum evilnya, membuat Minho tambah kesal. Ia langsung menghampiri Kyuhyun, lalu menarik tangan namja evil itu dan memelintirnya ke belakang.

“Ya! Ampuuunn….ampuun!”

“Kau –jika –bukan –sahabatku –dari –kecil –kubunuh –kau !”ucap Minho geram lalu melepaskan tangan Kyuhyun.

“Mianhe. Aku lupa kalau hari ini Han Sosaengnim yang menjaga gerbang.”ucap Kyuhyun dengan cengiran, sambil mengusap-usap lengannya yang dipelintir Minho. “Berapa kardus yang sudah berhasil kau angkat?”

“Satu. Karena ternyata sesampainya di perpus aku harus membantu menyusun buku itu juga. Dan setelah istirahat aku harus kembali melanjutkan sisanya.”jawab Minho sinis.

Kyuhyun berusaha menunjukkan wajah menyesal, yang tentu saja tidak dipercayai Minho. Ia memegang lengan Minho dan memencet-mencet ototnya. “Setidaknya setelah ini kau bisa menjadi atlet angkat besi.”katanya, membuat Minho melotot kesal.

Changmin yang sudah terbiasa melihat pertengkaran kedua sahabatnya itu, menanggapi dengan malas. “Ckckck, Choi Minho. Apa kau tidak pernah belajar untuk tidak percaya pada game buatan evil yang satu ini?”ucap Changmin dengan heran.

“Kenapa kau tidak membelaku!”protes Minho mendengar komentar Changmin. Kyuhyun tertawa mendengarnya.

“Jangan seperti anak kecil, Choi Minho. Lebih baik kita makan sekarang. Aku sudah meminta hyungku memasakkan kita bertiga bekal.” Changmin lalu mengeluarkan tiga buah tempat makan dari tasnya. Ia memberikan tempat makan itu masing-masing satu kepada kedua sahabatnya. Minho menatap Changmin dan Kyuhyun terharu. Ternyata kedua sahabatnya sengaja menunggu ia datang untuk mengajaknya makan bersama, dan masakan buatan Jaejoong hyung lagi. yummy!

Kemudian ia baru menyadari jika tempat makannya yang paling besar.

“Kenapa punyaku lebih besar? Kau sedang tidak nafsu makan ya?”tanya Minho heran. Biasanya Changmin yang paling banyak makan, kenapa sekarang malah makanan untuknya yang lebih banyak?

“Karena aku sudah bisa memastikan kau akan sangat lelah dan kelaparan hari ini.”jawab Changmin dengan cengiran, membuat Kyuhyun terbahak-bahak dan Minho cemberut.

***

Minho mengelap keringat di wajahnya dengan lengan baju. Akhirnya ini kardus ketiga yang berhasil di angkatnya sampai ke perpustakaan. Benar-benar ia kapok datang terlambat. Ia heran kenapa si evil itu bisa tahan menjalani hukuman-hukuman berat dari Han Sosaengnim si guru evil itu.

Dan jawabannya sudah pasti. Evil melawan evil? Nggak mempan! Palingan mereka itu masih saudara di neraka sana. Gerutu Minho dalam hati.

Minho meletakkan kardus itu di depan meja petugas perpustakaan yang kosong. Ia  mencari-cari petugas perpustakaan untuk meminta bantuannya untuk menyusun buku baru itu. Akhirnya ia memutuskan untuk membereskannya sendiri. Saat ia akan membawa buku besar yang tebalnya melebihi novel Harry Potter kelima, matanya menangkap sesuatu yang membuatnya terpaku.

Seorang yeoja berdiri di depan rak buku yang berada di sebelah jendela. Rambut panjangnya berkibar-kibar tertiup angin yang berasal dari jendela yang terbuka di sebelah rak buku itu. Matanya yang terlihat berbinar di balik kacamata berbingkai tipisnya, senyumnya dan ekspresi penasarannya saat membuka halaman buku yang dipegangnya, serta efek rambut berkibar, membuat jantung Minho berdebar-debar dan tanpa sengaja menjatuhkan buku tebal yang dipegangnya….

…tepat ke kakinya sendiri.

“AAAAWWWWWW!!!”jerit Minho. Yeoja yang sedang membaca itu menoleh kaget dengan suara jeritan itu. Minho jatuh terduduk dan memegangi kaki kanannya yang sakit dengan meringis-ringis.

“Gwenchanayo?”tanya yeoja itu cemas menghampiri Minho yang kesakitan. Minho yang sebelumnya masih meringis kesakitan langsung terdiam melihat yeoja yang membuatnya terpesona itu dari dekat. Neomu yeppeo, gumamnya dalam hati.

“Hei!”yeoja itu melambaikan tangannya di depan wajah Minho membuat Minho tersadar. “Kau tidak apa-apa?”tanya yeoja itu lalu menyentuh  kaki Minho yang sakit. Minho menjerit lagi.

“Ah. mianhe. Sepertinya sakitnya parah. sini kubantu kau duduk di kursi.”

Yeoja itu mengalungkan tangan kanan Minho ke bahunya, lalu membantu Minho berdiri dan dengan perlahan mengajaknya ke kursi. Minho hanya diam sampai yeoja itu pergi ke UKS untuk mengambil obat dan kembali lagi ke perpus.

“Sini kuobati.”kata yeoja itu. ia membuka sepatu dan kaos kaki sebelah kanan Minho lalu mengoleskan salep di kaki Minho yang sekarang merah dan bengkak.

Minho terus menatap yeoja itu dengan perasaan berdebar-debar.

“Gomawo.”ucap Minho setelah yeoja itu selesai mengobati kakinya.

Yeoja itu hanya tersenyum kecil. “Siapa namamu?”tanya Minho.

“Park Haerin.”jawabnya, “Kurasa bantuanku sudah tidak diperlukan lagi. aku akan kembali ke kelas.”

Yeoja bernama Haerin itu bangkit dari duduknya. “Kajima!”cegah Minho.

“Waeyo?”

“Nan jeongmal chuaheyo, Park Haerin-ssi. (aku menyukaimu, Park Haerin)”

***

“Mwo?!”jerit Kyuhyun dan Changmin berbarengan. Mereka terlalu syok mendengar cerita Minho. Love at first sight? Pada Park Haerin?

“Dia cantik sekali…”gumam Minho dengan mata menerawang.

“Minho-ah, sebaiknya kau lupakan saja dia.”kata Kyuhyun khawatir. “Masih banyak yeoja di sekolah kita yang bersedia jadi yeojachingumu.”

“Waeyo?”

“Apa kau tahu –siapa –yeoja  itu?”tanya Changmin perlahan dengan wajah serius, membuat efek dramatis.

“Kan sudah kubilang namanya Park Haerin.”gerutu Minho kesal. Perasaan aku udah menceritakan panjang lebar pada mereka berdua deh.

“Bukan itu maksud Changmin! Kau tahu tidak dia anak siapa?”

“Ya anak emak bapaknya lah!”Pertanyaan Kyuhyun aneh sekali, gerutu Minho dalam hati. “Maksud kalian apa sih?”

“Dia… anak… kepala sekolah.”jawab Changmin dengan wajah menyesal.

“Kepala sekolah mana?”

“Kepala sekolah Seoul International High School.”tambah Kyuhyun juga dengan wajah menyesal.

“Oh, Seoul International High School…”Kemudian mata Minho membelalak menyadari kalimatnya sendiri. “Mwo?!”

Kyuhyun dan Changmin mengangguk-angguk.“Kepala sekolah kita Minho-ah. Gotcha!”kata mereka berbarengan.

***

Park Haerin. Cantik, pintar, berkepribadian baik. Sepertinya itu semua bukan masalah untuk menyukainya. Masalahnya adalah di keluarganya. Keluarganya berasal dari keluarga akademisi. Ayahnya kepala sekolah, mantan Grandmaster catur internasional, yang sesuai dengan gelar kehormatan itu, beliau seorang maniak catur! Siapapun yang bertemu dengan beliau saat beliau senggang, akan mendapatkan kehormatan menemaninya bermain catur. Dan parahnya, jika sudah bermain catur, beliau bisa lupa jika lawannya seorang murid yang masih harus mengikuti jam pelajaran, dan alhasil si murid harus mendapatkan  badan pegal-pegal selain kekalahan karena duduk berjam-jam saat bermain catur. Jadi ya wajar aja kalo kepala sekolah itu jadi orang yang paling dihindari saat jam-jam istirahat.

Minho yang merupakan atlet kebanggaan sekolah adalah murid yang paling sering mendapatkan kesialan itu. karena setiap kepala sekolah bosan, beliau akan memanggil Minho untuk bermain catur. Minho yang nggak bisa catur dan  menganggap catur bukan olahraga tentu saja sebal. Apalagi selain menderita badan pegal-pegal dan kekalahan, ia harus menerima ejekan pak kepsek maniak catur itu dengan kata-kata yang dibencinya: “begitu aja nggak bisa!”

Gara-gara itu Minho bersumpah untuk nggak mau dekat-dekat pak kepsek itu. tapi kenapa sekarang ia harus naksir anaknya?? Huh… tuhan memang maha adil!

Selain itu ibu Park Haerin adalah pemilik sekolah memasak yang cukup terkenal di Seoul, dan ketiga kakak laki-lakinya bekerja sebagai dokter, pengacara dan polisi. Dan yang baru Minho tahu dari kedua sahabatnya adalah, bukan hanya pak kepsek menyebalkan itu yang harus dihadapinya untuk mendapatkan Park Haerin, tapi juga ibu dan ketiga oppanya.

Dan Minho –yang tidak ingin cinta pertamanya lewat begitu saja– akan mengikuti tantangan itu.

***

Minho melambaikan tangannya pada Haerin yang baru keluar dari kelasnya. Ia menampilkan senyum kharismanya –yang membuat yeoja-yeoja di kelas Haerin menjerit senang– tapi sama sekali tidak mempan pada Haerin. Haerin seakan tidak melihatnya dan berjalan melewati namja itu.

“Ya! Park Haerin!”Minho menyusul gadis itu. ia berjalan santai di samping Haerin. “Eoddiga?”

Haerin diam saja.

“Kenapa tidak menjawabku? Waktu itu kau juga tidak menjawab pernyataan sukaku.”

Haerin masih tetap diam dan memandang lurus ke depan.

“Kalau kau masih tetap diam, aku akan mengatakan ‘aku suka padamu’ dengan berteriak disini.”ancam Minho. Haerin masih diam dan terus berjalan.

“Baiklah… hana… dul… set…”

“Chankamanyo!”

Minho tersenyum melihat Haerin yang kini berbicara walaupun dengan wajah kesal. “Kita berbicara di tempat lain.”

***

“Sebenarnya apa maumu?”tanya Haerin saat mereka tiba di gudang belakang yang sepi.

“Kan sudah kukatakan sebelumnya. Aku ingin kau menjadi yeojachinguku.”jawab Minho dengan tersenyum lebar.

“Mwo?! Michyeoso?! Kau tidak tahu siapa aku?!”seru Haerin kesal. Lagipula itu kan udah seminggu yang lalu. Kukira ia sudah menyerah, batinnya.

“Aku tahu.”jawab Minho kalem.

“Lalu kenapa kau berani sekali mengatakan suka padaku?”

“Aku suka padamu, jadi aku akan ambil resiko apapun.”jawab Minho dengan senyum percaya diri.

“Aku tidak percaya padamu.”jawab Haerin dingin, lalu  melangkah pergi.

“Akan kubuat kau percaya!”seru Minho.

***

Esoknya Minho membuktikan ucapannya. Ia datang pagi-pagi sekali dan meletakkan setangkai bunga mawar putih dan secarik kertas di atas meja Haerin di kelas. Haerin yang biasa datang pagi kebingungan melihat setangkai bunga kesukaannya di atas mejanya. Ia membaca kertas itu.

Aku dengar kau suka mawar putih. Saranghae. Choi Minho.

“Choi Minho? Kenapa dia tahu aku suka mawar putih?”tanya Haerin heran. Tapi walaupun tidak menyukai yang memberi, ia menyukai bunga itu. Ia tersenyum dan menciumi bunga itu.

“Lho? Park Haerin? Bunga itu dari siapa?”tanya seorang namja teman sekelas Haerin yang baru masuk kelas. Haerin langsung menyembunyikan kertas berisi pesan dari Minho di saku bajunya.

“A..anhiyo. bukan dari siapa-siapa.”jawab Haerin gugup. Tidak boleh ada yang tahu. Bisa-bisa sekolah ini gempar jika idola mereka menyukaiku. Batin Haerin.

***

Hae rin membaca buku dengan santai di tempat duduknya sambil mendengarkan music di headset. Tiba-tiba terdengar suara sangat berisik di sekitarnya. Hae rin menggerutu. Bukannya sekarang jam istirahat? Kenapa malah ramai sekali? Lalu tanpa melihat apa penyebab timbulnya suara berisik itu, Hae rin membesarkan volume music di ipod-nya.

Haerin kembali fokus pada buku yang dibacanya. Tapi lagi-lagi berisik. Ia mengangkat wajahnya dari buku untuk melihat ada apa, tapi ia terkejut saat mendapati Minho yang berada di hadapannya. Tersenyum lebar.

“Se.. sejak kapan kau disini?”tanya Hae rin gugup.

“Sejak lima menit yang lalu.”jawab Minho kalem. “Bagaimana?”

“Apanya?”

“Kau suka bunga dariku?”

Suasana kelas langsung ricuh saat Minho menanyakan itu. Hae rin langsung menghela napas kesal karena rencananya untuk menyembunyikan hal itu malah dibongkar oleh pelakunya sendiri!

“Bisa tidak kau pergi dari sini? Aku hanya ingin membaca dengan tenang.”

Minho mengangkat alisnya, dan tersenyum. “Kau mau membaca dengan tenang?” Ia langsung mengambil buku yang dipegang Hae rin lalu menarik tangan Hae rin membawanya keluar.

“Ya! Kau mau membawaku kemana?!”Hae rin berteriak-teriak berusaha melepaskan tangan Minho darinya, tapi tidak bisa. Hae rin menundukkan wajahnya malu karena semua orang di koridor melihat mereka dengan penasaran.

Minho terus membawanya sampai ke atap gedung di lantai lima.

“Kenapa kita kesini?”tanya Hae rin bingung.

“Bukankah kau ingin ketenangan? Ini tempat yang tenang.”Minho duduk lalu menarik Hae rin agar duduk juga.

Tidak buruk juga, batin Hae rin. Ia lalu mengambil buku di tangan Minho dan mulai membacanya. Minho tersenyum melihat judul buku yang dibaca yeoja itu. First love?

“Buka mulutmu.”kata Minho. Hae rin masih serius membaca bukunya. “Buka mulutmu.”

Hae rin yang kesal karena diganggu Minho mengangkat wajahnya dari buku. “Wae…”omogannya terputus karena sesuatu yang dimasukkan Minho ke mulutnya. Hae rin terdiam lalu mengunyah sesuatu di mulutnya itu. kimbap?

“Kakak Changmin yang membuatkannya. Enak kan?”tanya Minho sambil mengunyah kimbap juga. Tadi saat Hae rin asik membaca, Changmin dan Kyuhyun datang dan memberikannya bekal buatan Jaejoong. Minho tersenyum mengingat kedua sahabatnya.

“Kapan kau membawanya? Tadi aku tidak melihatnya.”tanya Hae rin setelah menghabiskan kimbap di mulutnya.

“Makanya jangan terlalu serius membaca. Kau jadi tidak memperhatikan sekelilingmu. Kau bahkan tidak tahu jika aku terus memperhatikanmu.”

Mata Hae rin melebar. “Jinjjayo?”

“Ne. aku tahu kau suka bunga mawar putih, baca novel roman, punya tiga orang kakak laki-laki, lalu…”

“Cukup, cukup! Kenapa kau harus melakukan itu sih?”

“Saranghae, Park Hae rin.”

Hae rin menghela napas, putus asa. “Bukankah aku sudah menolakmu? Apa kau tidak tahu bagaimana keluargaku?”

“Aku tahu. Tapi aku tidak suka ditolak sebelum berusaha. Jadi, aku akan berjuang.”kata Minho optimis.

“Kita lihat saja nanti,”gumam Hae rin pesimis.

***

“Kau yakin?”tanya Changmin.

“Yakin.”jawab Minho pasti.

“Kau tidak gugup?”tanya Kyuhyun.

“Tentu saja aku gugup. Tapi aku tidak akan menyerah.”

Mereka bertiga memandang rumah besar dan mewah yang berada di depan mereka. Rumah Park Hae rin.

Setelah menepuk bahu Minho dan memberi semangat, Changmin dan Kyuhyun meninggalkan Minho yang grogi berat. Minho menarik napas panjang lalu menekan bel rumah itu. seorang pelayan membuka pagar rumah itu.

“Nuguseyo?”

“Aku Choi Minho, teman Park Hae rin. Bisa bertemu dengannya?”tanya Minho berusaha terdengar percaya diri.

“Haerin Agassi ada di dalam. Silakan masuk.”

Minho masuk ke dalam rumah besar itu dan pelayan itu mengajaknya ke ruang tengah dimana keluarga Hae rin sedang berkumpul. Minho yang tidak menyangka jika semua keluarga Hae rin berkumpul pada hari minggu ini langsung merasa grogi dan keringat dingin. Tapi saat ia melihat Hae rin yang terkejut melihat kedatangannya, ia berusaha menghilangkan rasa gugupnya dan berusaha bersikap percaya diri.

Hae rin langsung menghampirinya. “Apa yang kau lakukan?”bisiknya tajam. “Lebih baik kau pergi dari sini sekarang.”

Minho tersenyum kecil dengan reaksi Hae rin. “Aku seorang atlet. Dan bagi seorang atlet, tidak ada kata gagal sebelum mencoba. Apalagi gagal mendapatkanmu.”

Hae rin terpaku mendengar kata-kata Minho yang terlalu percaya diri. Wajahnya memerah. Entah kenapa ia merasa sedikit senang dengan kata-kata Minho. Minho yang baru pertama kali ini melihat wajah Hae rin seperti itu, tersenyum senang dan menjadi lebih bersemangat. Dengan percaya diri ia menghampiri kedua orang tua dan ketiga kakak lelaki Hae rin yang menatap mereka berdua penasaran.

“Annyeonghasimnikka. Je ireumeun Choi Minho imnida. Izinkan saya berpacaran dengan Park Hae rin.”ucap Minho percaya diri lalu membungkukkan badannya dengan hormat.

Hae rin menutup wajahnya. Takut dengan reaksi orang tua dan kakak-kakaknya.

“Ah…Choi Minho-ssi.”kata ayah Hae rin. Minho mengangkat kepalanya. “Ne, sosaengnim.” Minho langsung bersiap-siap menerima serangan kuping panas yang sebentar lagi akan muncul.

“Atlet kebanggaan sekolah, punya nilai-nilai yang cukup bagus, tapi sayang… kau payah sekali dalam bermain catur! Ckckck…”Lalu dimulailah ceramah panjang mengenai catur. Catur itu permainan asah otak yang bagus, bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla………………………………….. (capek author ngetiknya -_-“ )

Minho mengernyit dan mengepalkan tangannya berusaha menahan jari telunjuknya untuk tidak ia masukkan ke lubang telinganya. Benar-benar membuat telinga panas! Ingin rasanya ia mengatakan “Sosaengnim, catur itu bisa bikin sakit struk gara-gara kelamaan duduk!” Tapi tentu saja ia hanya berani mengatakannya dalam hati. Memangnya dia mau diusir?

Ckckck… Park Hae rin, kau dan ayahmu sama-sama bisa membuatku gila! batin Minho.

Ayah Hae rin melanjutkan. “… pelanggaran atas kedisiplinan pun tidak banyak, berbeda dengan Cho Kyuhyun, sahabatmu yang satu itu.”

Minho meringis mendengar Kyuhyun yang dijelekkan. Ia tidak suka. “Tapi Kyuhyun memenangkan Olimpiade Matematika sampai tingkat nasional dua tahun berturut-turut.”belanya.

“Aku sedang tidak membahas hal itu.”kata ayah Hae rin tajam, membuat Minho menunduk lagi. “Sejujurnya dari kalian bertiga, Changmin yang aku sukai. Jika ia yang datang kesini sepertimu, aku akan langsung menerimanya.”

Minho mengangkat kepalanya, dan menatap kepala sekolahnya itu sedikit kesal dan bingung. Apa sih maksud kata-katanya? Lagipula Changmin tidak mungkin menyukai Hae rin. Changmin kan phobia perempuan. Mendadak Minho merasa senang Changmin punya phobia perempuan yang membuat sahabatnya yang satu itu selalu bersikap dingin pada yeoja-yeoja di sekolah dan tidak tertarik pada Hae rin.

Mianhe, Minnie-ah, aku senang karena hal itu. hehe…

“Aku tidak bermaksud membandingkanmu dengan kedua sahabatmu itu. kuhargai keberanianmu untuk datang kesini. Hanya saja ada syarat yang kau harus penuhi untuk bisa dekat dengan Hae rin.”

“Syarat apa?”

“Biar aku yang menjelaskannya, Abeoji.”kata seorang namja berkacamata yang terlihat intelek.

***

Minho berjalan lemas keluar dari rumah Hae rin. Ia tidak menyangka jika mendekati Hae rin harus sesusah ini. Seminggu lagi ia harus kembali ke rumah ini untuk tanding catur dengan kepsek menyebalkan itu, mengerjakan soal matematika dengan kakak Hae rin yang dokter, tanding Taekwondo dengan kakak Hae rin yang polisi, debat mengenai masalah  hukum dengan kakak Hae rin yang pengacara dan memasak dengan ibu Hae rin. Mengingat itu ia jadi stress sendiri. Masalahnya tidak ada satupun dari persyaratan itu yang ia kuasai.

Catur? Masa’ aku harus menemani harabeoji main catur lama-lama sih?

Soal matematika? Kyuhyun.

Taekwondo? Siwon hyung.

Debat hukum? Changmin.

Memasak? Jaejoong hyung.

Kenapa tidak ada olah raga?? Kalopun ada kenapa harus Taekwondo?? Dan kenapa waktunya cuma semingguu???

“Menyerah saja.”

Minho menoleh dan mendapati Hae rin yang menatapnya murung. “Aku tahu tidak ada satupun dari persyaratan itu yang kau bisa.”

“Apa kau serius ingin aku menyerah?”tanya Minho tajam. Hae rin mengangguk, walaupun hatinya sebenarnya ingin sekali Minho tidak menyerah. Ini pertama kalinya ada namja yang berani mendekatinya dan memperjuangkannya. Ia mulai kagum pada Minho dan menyukai usaha namja itu. tapi tidak semudah itu.

“Tatap mataku saat menjawabnya, Park Hae rin.”

Hae rin mengangkat wajahnya dan menatap Minho. Ia ingin mengatakan pada Minho agar namja itu menyerah. Tapi melihat keseriusan di mata Minho, membuatnya tidak bisa mengatakan apa-apa.

Perasaan Minho lebih bersemangat saat ia menyadari isi hati Hae rin dari tatapan matanya. Ia tersenyum lebar, lalu mengusap pelan kepala Hae rin. “Kan sudah kubilang, tidak ada kata ‘gagal sebelum mencoba’ untuk atlet sepertiku.”

Minho pergi meninggalkan Hae rin yang masih terpaku dengan sikap Minho tadi. ia menyentuh kepalanya yang tadi diusap oleh Minho, dan tersenyum.

Aku harap kau tidak gagal, Choi Minho.

***

Akhirnya Minho pun mulai berlatih untuk hari tempurnya yang seminggu lagi. Saat istirahat, ia membaca buku tentang hukum, kemudian berlatih soal matematika dengan Kyuhyun. Pulangnya ia pergi ke rumah Changmin dan memasak bersama Jaejoong hyung. Esoknya ia latihan Taekwondo di rumah dengan hyung-nya, Siwon, lalu bermain catur dengan kakeknya. Karena waktu yang hanya seminggu, jadwal ia memasak, latihan taekwondo dan catur harus ia selang-seling harinya.

 

Hari 1

Minho memelototi angka-angka di bukunya. Bukannya Minho bodoh matematika. Nilai-nilainya di rapor semuanya bagus, termasuk matematika. Tapi yang ia selama ini pelajari kan matematika yang biasa diajari di kelas. Bukan soal olimpiade seperti yang diajar Kyuhyun.

“Kau bisa mengerjakan soal-soal seperti ini dan kau menang? Daebak!”kata Minho takjub dan geleng-geleng kepala melihat soal olimpiade yang diberikan Kyuhyun. Kyuhyun tersenyum bangga.

“Ah, ini bukan seberapa… Lagipula selain game ini kan termasuk hobiku .”kata Kyuhyun sombong.

Changmin dan Minho langsung menatap aneh Kyuhyun. Kalau game dijadikan hobi, itu sih wajar. Karena mereka berdua juga hobi main game seperti kyuhyun, walaupun masih kalah dari gamers evil ini. Tapi soal olimpiade matematika? Pikiran mereka sama untuk hal ini. Hanya orang aneh yang punya hobi aneh.

“Kenapa kalian melihatku seperti itu? Minho-ah, ayo coba kerjakan!”

Minho mulai mengerjakan soal-soal olimpiade itu. sementara Changmin mengerjakan sesuatu di laptopnya, dan Kyuhyun bermain PSP.

Setelah sekitar sejam ia mengerjakan, ia menyerahkan jawabannya pada Kyuhyun.

“Kau kenapa?”tanya Kyuhyun kaget saat melihat rambut Minho yang tadinya rapi sekarang mencuat sana-sini. Changmin mengalihkan pandangannya dari laptop, lalu mendengus tertawa melihat rambut Minho yang sekusut wajahnya.

Kyuhyun menatap Minho dan Changmin heran, kemudian ia memeriksa jawaban Minho. “Masa’ soal kayak gini aja nggak bisa?”kata Kyuhyun kesal karena ternyata jawaban Minho hanya sekitar dua puluh persen yang benar. Kemudian Kyuhyun mencoret-coret kertas itu, hanya sekitar sepuluh menit, ia bisa menyelesaikan semuanya. Kyuhyun tersenyum puas.

Minho dan Changmin melongo. Changmin yang tidak percaya jawaban Kyuhyun benar, langsung menarik buku itu lalu mengecek jawaban Kyuhyun dengan kunci jawaban.

“Daebak! Semuanya benar!”kata Changmin kagum. “Kau makan apa sih Kyunnie? Perasaan Jaejoong hyung selalu membuatkanku makanan bergizi deh setiap hari. Tapi aku tidak jago matematika sepertimu.”

“Tapi kau jago semua Min-ah..”kata Minho cemberut.

“Aku tidak bisa semua olahraga atletik sepertimu.”ralat Changmin.

“Apalagi aku. Olahragaku payah.”timpal Kyuhyun dengan wajah cemberut.

Mereka terdiam sebentar, kemudian tertawa.

***

Sementara Changmin menanyakan pada Minho bagaimana menurutnya mengenai hukuman pidana pada pelaku terror terhadap artis.

Minho mengernyit memikirkan jawaban atas pertanyaan Changmin. “Wah, jujur saja Changminnie, aku tidak pernah punya antifans, jadi aku tidak pernah memikirkan itu.”kata Minho dengan cengiran lebar. “Kau bisa lihat sendiri para fansku.”

Changmin melihat keluar kelas dan mendapati pintu dan jendela kelas yang sudah dipenuhi para yeoja penggemar Minho dan dirinya. Ia bergidik ngeri melihat kerumunan para gadis disana. Wajahnya memucat karena sumber phobianya berkumpul sebanyak itu.

“Ya, Minho-ah… Bagaimana aku bisa keluar dari sini…?”kata Changmin dengan nada  memelas, membuat Minho tergelak tertawa.

 

Hari 2

“Kau yakin mau belajar memasak?”tanya Jaejoong sangsi melihat adiknya, Changmin,datang membawa Minho yang ingin belajar memasak. Minho mengangguk-angguk bersemangat. Jaejoong melirik Kyuhyun yang sedang memainkan PSPnya, tampak tidak tertarik dengan pembicaraan mereka. “Kau tidak kan Kyu?”tanyanya tajam. Ia trauma dengan kekacauan yang dibuat Kyuhyun di dapur rumahnya sendiri sebelumnya. Ahra –kakak Kyuhyun– pernah marah besar pada Kyuhyun yang katanya ingin mencoba memasak tapi malah menghancurkan dapur rumah mereka. Saat itu Jaejoong yang datang untuk mengunjungi Ahra, yang adalah yeojachingunya, syok melihat bencana yang dibuat Kyuhyun.

Setelah mendengar cerita Minho mengenai Park Hae rin, akhirnya Jaejoong menyetujui untuk mengajar Minho memasak. Ia mengajarkan Minho memasak yang gampang-gampang dulu, seperti kimchi, ddokbogi dan kimbab. Sementara Minho memasak, Changmin membuka tudung saji di meja makan dan mulai melahap makanan yang ada. Kyuhyun sendiri tetap asik bermain PSPnya.

Tidak berapa lama Kyuhyun merasakan perutnya lapar. Ia menghampiri Changmin di meja makan dan terkejut melihat makanan yang tadinya masih banyak, sekarang sudah habis tidak bersisa.

“Ya Changminie! Kenapa kau habiskan semua?!”seru Kyuhyun kesal.

“Kau ingin makan juga?”tanya Changmin innocent sambil menjilat jarinya yang terkena bumbu kimchi.

“Ya iyalah! Lagian tadi kan makanannya banyak, kok sekarang udah abis aja sih?!”kata Kyuhyun kesal.

Changmin memanyunkan bibirnya. “Apanya yang banyak, perutku masih lapar nih…”

Kyuhyun melotot mendengar kata-kata sahabatnya yang benar-benar rakus ini.

“Kalo kau benar-benar lapar, tunggu Minho sama Jae hyung selesai masak aja.”kata Changmin. Dengan kesal Kyuhyun berjalan ke dapur.

Kyuhyun menghampiri Minho yang masih berkutat dengan segala macam bahan masakan. Lagi-lagi matanya melotot saat melihat bentuk masakan yang dimasak Minho.

“Minho-ah… Kau… masak apa?”tanyanya ragu saat melihat masakan Minho yang lebih mirip adukan masakan-masakan sisa. Yaks! *parah banget ya pikirannya evilku -_-“

“Ddokbogi.”

“Mwo?”Kyuhyun mengangkat sebelah alis dan ternganga. Itu sih tidak bisa dimakan! Batinnya.

“Jae hyung mana?”

“Oh, tadi Ahra noona telpon. Kayaknya mereka masih ngobrol deh.”

“Aish! Jae hyung gimana sih! Aku kan lapar…”eluh Kyuhyun.

“Tunggu masakanku selesai saja.”

“Nggak deh. Makasih. Ntar aku keracunan lagi.”

Minho langsung bersiap-siap akan memukul Kyuhyun dengan spatula. Dengan gesit Kyuhyun menghindar. Kyuhyun yang kelaparan lalu membuka kulkas mencari snack atau sesuatu yang bisa dimakan. Tapi isinya bahan mentah semua.

Akhirnya dengan keadaan perut lapar dan otak panas sehabis bermain game, tanduk evilKyu muncul, dan bukannya putus asa yang didapat saat melihat bahan mentah itu, tapi malah naluri ke-evil-annya yang muncul *halaahhh-ngomong apa sih ni author?*

Kyuhyun mengambil dua telur mentah dari dalam kulkas. Ia akan menggunakan telur itu untuk menghilangkan rasa laparnya. Mau dibikin omelet? Weits, kalo Kyuhyun pasti mikirnya beda.

Ia memanggil Changmin dengan riang.

“Ya! Minnie-ah!”panggil Kyuhyun. Changmin yang sedang bermain PSP menoleh sebal. “Apa?”

“Ternyata di kulkas ada banyak snack ya? Kukira cuma bahan mentah.”

“Hah? Jinjja?”Wajah Changmin berubah sumringah mendengar itu. Ia langsung meletakkan PSPnya di sofa, dan menuju kulkas. Ia menunduk dan membuka kulkas dengan semangat. Tapi tidak ditemukannya snack-snack yang menggiurkan seperti Kyuhyun bilang tadi. Jangan-jangan udah diambil Kyuhyun semua? pikirnya.

“Kyunnie, kok nggak ada?”tanya Changmin menyipit memandang Kyuhyun curiga. “Kau habiskan yaaa?”

Sumpah ni anak pelit banget!gerutu Kyuhyun dalam hati.

“Nggak kok. Nih masih ada.”kata Kyuhyun mengedikkan kepalanya ke belakang, menandakan kalau ia menyembunyikan snack itu di belakangnya. “Mau coba?”Kyuhyun menunjukkan senyum evilnya.

Lalu tanpa menunggu jawaban Changmin, Kyuhyun mengeluarkan snack di tangannya dan…

CEPLOOKK. *apaan nih? Telur ceplok?*

“Eotte? Enak nggak snacknya?”kata Kyuhyun dengan muka innocent melihat muka Changmin yang belepotan telur. Lalu sebelum Changmin mengulurkan tangannya untuk menangkap evil yang sudah melempari wajahnya telur, Kyuhyun berlari menjauh.

“Ya! Cho Kyuhyun! berhenti disitu!”seru Changmin mengejar Kyuhyun yang berlari-lari di sekeliling meja makan. Kyuhyun tertawa-tawa lalu memelet-meletkan lidahnya. Childish abis!

Kalau buat Kyuhyun melakukan hal usil dan childish dapat membuat kenyang, kalau buat Changmin, kelaparan bisa membuat sifat childish keluar. Changmin kembali ke kulkas lalu mengambil beberapa amunisi telur. Kyuhyun menyeringai melihat amunisi yang disiapkan Changmin. Ia berlari ke dapur ke tempat Minho yang sedang sibuk memasak.

Changmin mulai bersiap-siap melempar amunisinya. Kemudian…

CEPLOOKK.

“Ups!”ucap Kyuhyun melihat muka Minho yang belepotan telur. Tadi saat Changmin melemparkan telur itu ke Kyuhyun, si evil prince itu berkelit dengan menundukkan kepalanya, sehingga telur itu mengenai Minho yang tepat berada di belakangnya.

Minho menatap tajam Changmin. “Shim… Changmin…”

“Kau tampak lezat, Minho-ah.”kata Changmin cengar-cengir.

“Mana lezat kalo nggak pake bumbu.”kata Kyuhyun lalu mengambil garam dan menaburkannya di kepala Minho. Changmin tercengang, kemudian terbahak-bahak.

“Cho… Kyuhyun…”ucap Minho geram lalu mengejar Kyuhyun yang sekarang sudah berlari-lari mengitari dapur. Tapi seberapa cepat Minho berlari, tentunya akan sangat sulit di tempat yang banyak barang-barang itu. ia tidak berhasil menangkap Kyuhyun. Saat melihat Changmin yang tertawa-tawa, Minho pun mengalihkan targetnya. Ia mulai mengejar Changmin.

Sekarang mereka saling kejar mengejar dengan menggunakan berbagai macam amunisi yang sebelumnya merupakan bahan masakan Minho. Dapur yang tadinya merupakan dapur impian para chef, kini berubah total menjadi pasar becek. -_-“

Bekas lemparan telur di dinding, di meja dapur dan lantai. Sayur-sayuran yang patah-patah dan bertebaran di lantai. Bumbu-bumbu yang berceceran di berbagai tempat dan mengenai perabotan dapur.

Akhirnya setelah saling lempar-melempar amunisi, Minho berhasil menangkap Kyuhyun. ia menarik kerah bajunya. Kemudian Kyuhyun menarik Changmin yang berada di depannya. Akibat dari tarik-tarikan itu membuat Minho terdorong ke belakang ke arah kompor yang sedang menyala merebus masakan minho. Punggung Minho tanpa sengaja menyenggol gagang wajang dan menumpahkan isinya ke lantai. Tapi punggung Minho terus terdorong ke arah kompor yang sekarang apinya sudah bebas tanpa ada apapun di atasnya. Api itu mengenai ujung jaket Minho dan menimbulkan nyala api.

“Gyaaaaaaaaaa!!!!”jerit Minho menyingkir dari kompor. Dengan panik ia mengibas-ngibaskan api di ujung jaketnya.

Kepanikan melanda ketiganya. Changmin membantu Minho berusaha melepaskan jaket yang apinya semakin membesar itu. Sementara Kyuhyun mencari air. Tapi karena panik dan terburu-buru, Kyuhyun akhirnya mengambil vas bunga besar berisi karangan bunga ibu Changmin yang berada di ruang tengah yang tidak jauh dari dapur. Tanpa mengeluarkan bunganya terlebih dahulu ia menyiram kedua sahabatnya yang sudah berhasil melepaskan jaket itu. Minho dan Changmin basah kuyup dengan bunga-bunga menempel di tubuh mereka.

Api pun padam. Mereka menghela napas lega. Kemudian mereka kembali panik saat melihat dapur hasil kreasi mereka. -_-“

“Kami pulaannnggg!”seru suara beberapa orang dari ruang tengah. Dengan panik ketiga sahabat itu mengitari dapur berusaha membereskan secepat mungkin sebelum orang-orang itu ke dapur. Tapi tentu saja tidak berhasil.

Yunho, Yoochun dan Junsu yang memang sudah kelaparan dan ingin makan, terkejut melihat keadaan dapur.

Yoochun yang asik mengetik sms di ponselnya, saat melihat keadaan dapur tanpa sengaja melepaskan genggamannya pada ponsel tersebut. Saking terkejutnya ia bahkan tidak sadar ponselnya sudah jatuh.

Yunho yang masih mengunyah rotinya ternganga sehingga roti di mulutnya terjatuh keluar. Kemudian ia melangkah ke depan Yoochun untuk menuju dapur dan tanpa sengaja menginjak ponsel adiknya itu. Ia bergidik ngeri melihat ponsel di bawah kakinya.

Junsu yang sebelumya melempar-lempar kecil bolanya ke atas kepalanya, melihat kekacauan dapur tanpa sengaja melemparnya agak keras dan mengenai Yoochun yang berada di depannya.

“Aww!”jerit Yoochun. Ia pun tersadar dari keterkejutannya akan keadaan dapur. Tapi…

“Hiyaaaa!!!”jeritnya. “Ponselkuuuu!”

Yunho mengangkat kakinya lalu Yoochun mengambil ponsel yang casingnya sudah terdapat retakan dan bekas jejak sepatu Yunho. “Mianhe, Chunnie…”ringisnya.

“Ka…kalian…”ucap Junsu terbata-bata masih tetap memandang keadaan dapur yang sudah sangat kacau. “Jae… hyung…”

Yunho mengalihkan perhatiannya kepada tiga namja yang bentuknya sudah tidak karuan itu. “Kalian apakan dapur Jae hyung?!”seru Yunho.

“Mi…mianhe hyung…”ucap Changmin pertama kali dengan ketakutan melihat wajah murka hyung ke-duanya. “Kami tidak sengaja…”

“Tidak sengaja apanya?!”sekarang Yoochun yang membentak. Kemudian terdengar langkah kaki dari arah tangga.

“Ada apa ribut-ribut sih?!”seru suara seseorang itu dari jauh. Keenam orang yang berada di dapur itu langsung membeku mendengar suara si pemilik dapur dan langkah kaki yang semakin mendekat.

“Wah… gawat!”desis Junsu horror mendengar langkah kaki Jaejoong yang semakin mendekat.

“Kalian bertiga sudah pulang?”ucap Jaejoong biasa saja, “Sepertinya makanan di meja sudah habis oleh Changmin, aku akan memasa..”

Ucapan Jaejoong terhenti saat ia melihat keadaan dapur yang sudah sangat kacau. Matanya melotot melihat itu semua. Tubuhnya bergetar menahan marah dan kini matanya yang menunjukkan kilat kemarahan menusuk tajam pada tiga terdakwa di dapur. Mereka bertiga bergidik ngeri melihat pandangan Jaejoong.

“APA YANG KALIAN LAKUKAAANNNN??!!!!”

 

~TBC~

 

Hahaha….

Mian, ffnya gaje y?

Niat bikin comedy, tp gk tau deh ini lucu apa gk. Menurut readers gimana?

Please leave your comment. ^^